Dulu, pembelajar bahasa Arab
hanya mengenal dua jenis keterampilan berbahasa (maharat lughawiyyah),
yaitu keterampilan produktif dan keterampilan reseptif.
Keterampilan produktif mencakup berbicara (kalam) dan menulis (kitabah),
sedangkan keterampilan reseptif mencakup menyimak (istima‘) dan membaca (qira’ah).
Keempat keterampilan ini sudah lama menjadi fondasi utama dalam pembelajaran
bahasa Arab.
Seiring perkembangan dunia
pendidikan dan komunikasi global, para ahli bahasa memperkenalkan dua
keterampilan baru, yaitu interaktif dan mediatif. Keduanya muncul sebagai
respon terhadap kebutuhan komunikasi modern yang lebih dinamis, kolaboratif,
dan lintas budaya.
Keterampilan interaktif
menekankan kemampuan untuk terlibat aktif dalam komunikasi dua arah. Artinya,
seseorang tidak hanya mampu berbicara, tetapi juga mampu mendengarkan,
bertanya, menanggapi, dan memberi umpan balik secara efektif. Kemampuan ini
sangat dibutuhkan dalam berbagai situasi sosial seperti percakapan sehari-hari,
diskusi kelompok, atau pertemuan formal.
Menurut Tshering, keterampilan interaktif membantu peserta didik membangun
komunikasi yang sehat, yang pada akhirnya mendukung kerja sama, pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan bersama.
Sementara itu, keterampilan
mediatif berfokus pada kemampuan untuk menjadi perantara dalam pertukaran
makna. Seorang pembelajar yang memiliki keterampilan ini mampu menjelaskan,
menyederhanakan, atau menafsirkan informasi agar lebih mudah dipahami orang
lain.
Menurut Kurt, mediasi bahasa juga mencakup kemampuan untuk memfasilitasi
komunikasi antarindividu atau antarbudaya, menciptakan ruang dialog, dan
membangun makna baru melalui bahasa. Proses ini menuntut keterbukaan, empati,
serta kemampuan memahami perbedaan agar tercapai solusi yang adil dan saling
menguntungkan.
Oleh karena itu, mempelajari
keterampilan interaktif dan mediatif sangatlah penting. Seorang guru bahasa
Arab tidak hanya dituntut mampu mengajarkan keterampilan produktif dan
reseptif, tetapi juga perlu membantu peserta didik mengatasi berbagai kesulitan
dalam berkomunikasi dan mempelajari bahasa Arab secara lebih menyeluruh.
Sumber: Kementerian
Agama Republik Indonesia. (2025). Modul Profesional Bahasa Arab (Edisi Revisi
ke-IV, Januari 2025). Ditulis oleh Mamluatul Hasanah & Agung Prasetiyo.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan
Madrasah.
Reviewed by aprase
on
Oktober 22, 2025
Rating:
