Sering kali saat membimbing mahasiswa menulis
skripsi, saya menemukan kesalahan umum dalam penulisan kosakata Arab, terutama
terkait penggunaan hamzah qath‘ (ء) dan hamzah washl (ٱ).
Meskipun terlihat sepele, kesalahan ini cukup sering terjadi bahkan pada
mahasiswa yang sudah lama belajar bahasa Arab.
Contoh yang sering muncul adalah penulisan kata إبتدائية,
padahal penulisan yang benar adalah ابتدائية tanpa hamzah qath‘ di
awal. Kesalahan serupa juga sering ditemukan pada kata إجتماع، إستغفار، إستحسان dan
sejenisnya. Semua kata tersebut seharusnya ditulis اجتماع، استغفار، استحسان.
Mengapa demikian? Karena kata-kata tersebut berasal dari fi‘il khumasi (lima
huruf) dan sudasi (enam huruf), sehingga menggunakan hamzah washl, bukan hamzah
qath‘.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan antara hamzah washl dan
hamzah qath‘?
Hamzah washl (هَمْزَةُ الْوَصْلِ), atau disebut juga hamzah
penyambung, adalah hamzah tambahan yang diletakkan di awal kata untuk
memudahkan pengucapan kata yang diawali huruf sukun. Hamzah ini dibaca ketika
memulai bacaan (ibtida‘), misalnya pada kata اِجْتَمَعَ,
tetapi tidak dibaca ketika disambung (washl) dengan kata sebelumnya, misalnya وَاسْتَغْفَرَ.
Dalam mushaf, hamzah washl biasanya ditandai dengan tanda kepala huruf shad
kecil (ٱ) di atas alif.
Sementara itu, hamzah qath‘ (هَمْزَةُ الْقَطْعِ)
atau hamzah pemutus adalah hamzah asli dari suatu kata yang selalu
dibaca, baik di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Ia berfungsi untuk memutus
atau menegaskan bunyi hamzah. Tanda hamzah qath‘ dalam mushaf biasanya berupa kepala
huruf ‘ain kecil (ء) yang diletakkan di atas atau di bawah
huruf, seperti pada (أ، إ، ؤ، ئـ). Misalnya kata أَكْرَمَ,
yang harus ditulis dengan hamzah qath‘ baik dalam bentuk fi‘il mādhī, maṣdar,
maupun amar karena termasuk dalam fi‘il rubā‘ī (empat huruf). Kesalahan kecil
dalam hamzah bisa berdampak besar pada ketepatan makna dan keindahan bahasa
Arab itu sendiri. (agp)
Reviewed by aprase
on
Oktober 26, 2025
Rating:
